Selasa, 25 September 2012

LOVE' INSPIRATION

Dikhianati pasangan dan sahabat?!
No problem, J

CINTA, sebetulnya bukan sebuah kata yang menduduki prioritas utama bagi anak SMA, tapi cinta pada masa SMA cukup menjadi bumbu yang khas dalam kehidupan kita, menjadi kenangan yang luar biasa tak terlupakan dalam album cerita kita. Banyak nilai yang dapat kita jadikan hikmah meski kita kadang tak menyadarinya.
Ini adalah kisah real mengenai cinta saya sewaktu SMA, mudah-mudahan dapat menghibur para pembaca sekalian, dan pembaca dapat menikmati kisah hidup saya ini.

               
                Dari masa SMP hingga sekarang, aku mempunyai kerabat dekat yang berjumlah 7 orang. Hingga saat ini kami berdelapan masih saling berkomunikasi, makan bersama, saat ada waktu kosong pun kadang kala kami masih sempat bermain bersama layaknya SMP. Aku mulai dengan memperkenalkan mereka satu per satu.
Asri kusuma, itu nama lengkapnya, temanku yang paling putih bak orang barat, berasal dari jawa, dan dia kurang begitu peduli mengenai cinta, tapi kini dia telah memiliki pasangan di sekolah barunya, namanya Iqbal.
Yang ke-2, Nelinda Fizrianti. Dia salah satu teman yang paling dekat denganku. Memiliki tinggi yang cukup ideal untuk menjadi seorang model, dan kini dia sepertinya merasa yakin dengan identitasnya sebagai paskibraka di sekolahnya. Tapi kelemahannya, nampaknya dia sangat amat belum terpikir mengenai seorang pria dalam kehidupannya, dia lebih parah dari asri mengenai masalah cinta. Dia sepertinya teman yang paling sholehah di antara kami berdelapan.
Lanjut pada kerabatku yang ke-3, Siti Azizah. Uhmmm.. dari namanya telah terbaca bagaimana dia secara sepintas. Ya, dia adalah temanku yang paling amat sangat sholeh, tapi masalah cinta dia telah paham dan mengalaminya. Dia kini sekolah plus pesantren di Bogor, dia sama seperti aku, beda dari teman yang lain, karena 6 temanku yang lain kini satu sekolah juga.
Dan ini yang ke-4,
dia adalah Shasia Yuniar Rahma. Dia adalah wanita setipe denganku masalah cinta, kami dekat sekali bahkan tak aneh lagi bila kami saling curhat menggalau ria bersama dia. Tapi dia lebih lincah dari pada aku mengenai masalah menggaet pacar baru.
Maulida Nur Zahra, ini kerabatku yang ke-5. Waaaah, dia jauh lebih jago dari Shasia masalah cinta. Pengalaman cintanya mungkin sudah layak untuk dibukukan. Bicara sedikit mengenai karakternya, dia bisa menjadi pendiam secara tiba-tiba, tapi dia juga bisa menjadi paling jagoan secara tiba-tiba. Pertama aku dekat dengan teman yang lain, aku lebih dulu dekat dengannya.
Absen ke-6, Irmayani. Nama yang cukup simple sama seperti orangnya. Dia adalah temanku yang paling pemberani. Berani membuka kerudung, berani berkata kasar, berani tampil gaya, dan segala berani, uppps, bukan bermaksud membicarakan kejelekannya ya, tapi ini memang yang paling menonjol mengenai bagaimana dia di antara kami berdelapan. Karena dia, kami berdelapan merasa lengkap, karena asam manis pahit ada semua dari kita berdelapan.
1, 2, 3, 4, 5, 6.... tujuuuuh, ini dia yang terakhir, Yasinta Apriliyani. Nyi haji, itulah panggilan kami untuknya, dia sangat halus, tingkahnya unik, dan terkadang mahiwal. Dia adalah pembaca cerita dan pendakwah terbaik bagi kami sepanjang masa, heheh J
                Nah, setelah aku menceritakan mengenai teman-temanku yang biasa kita berdelapan disebut HACHI, kini mari mulai ke inti. Check this out!

                E,, dia bisa disebut pacar bagiku, teman dekat atau apalah mungkin terserah orang bagaimana memanggilnya. Aku dengan dia dekat telah cukup lama, sejak kami menduduki kelas 8 SMP hingga sekarang. Perjalanan cerita kami tidah berjalan mulus, ada tikungan-tikungan dan belokan yang melengkapi kisah cinta kami berdua. Kisah cerita kami berjalan lancar, tak ada badai yang cukup berarti menghadang kami sampai kami masih satu sekolah. Akan tetapi, saat beranjak SMA badai ternyata begitu nampak menghampiri.
                Dia bersekolah di SMA yang kebetulan 6 temanku juga bersekolah disana. Dan yang lebih kebetulan lagi, dia ternyata satu kelas dengan salah satu teman dekatku tadi, tak usah di paparkan siapa namanya. Entah bagaimana cerita lengkap saat itu antara mereka, yang jelas saat itu, aku memutuskan hubungan dengan E, dan kami hanya berstatus HTS, boleh dikatakan dia di gantung olehku. Tak banyak pikiran negatif yang menghantui otakku, karena aku begitu yakin, teman dekatku yang sekelas dengannya pasti bisa menjadi penengah antara aku dengan E  yang terpisahkan oleh jarak ini.
                Tapi hal yang sangat tak terduga datang. Telah terjadi cinta lokasi antara mereka yang didukung pula oleh teman-teman kelas mereka. Sungguh sakit perasaanku saat itu, karena selama kurang lebih satu bulan, aku dengan teman dekatku itu saling berkomunikasi, aku bercakap-cakap dengannya, bagaimana solusi yang tepat untuk menyelesaikan masalahku dengan E. Saat itu dia pura-pura memberi solusi untukku, tapi ternyata pada hari itu dia memberi pesan singkat untukku yang tidak lain memberitahukan bahwa dia telah menjalin hubungan dengan E. Aku terdiam tanpa sepatah kata pun yang aku lontarkan. Aku shock, marah, kesal, sedih, sakit, segala macam perasaan ada padaku saat itu. Gelisah, bingung, itu perasaan yang sangat menonjol selama kurang lebih 2 hari 2 malam. Pertama kali merasakan sakit karena di khianati oleh sahabat dan pasangan. Tapi entah mengapa aku begitu yakin bahwa E tidak bersalah, aku sangat yakin bahwa E hanya terbawa nafsu amarahnya, yang pada saat emosi siapapun tidak bisa berpikir jernih, karena aku dan E sebelumnya telah sempat bertengkar, mungkin dia tak terima aku menggangtungnya dalam waktu yang lama, aku menyadari, itu merupakan kesalahanku juga. Sore harinya, E bicara padaku, dia sungguh menyesal dan diapun tak menyadari mengapa ini bisa terjadi. Mungkin bagi sebagian orang beranggapan bahwa lebih baik merelakan orang yang kita cintai dan lebih baik kita memilih sahabat kita. Akupun tau, temanku sangat mencintai E, sampai-sampai dia berbicara kasar padaku saking ingin mempertahankan hubungannya dengan E. Kata galau sungguh aku rasakan hari itu, seperti ingin meledak dari kepalaku. Tapi aku berusaha berpikir jernih, memikirkan bagaimana akibat dari keputusan nanti yang akan aku putuskan pada mereka.
                Ternyata keputusan yang aku ambil yaitu bertanya kepada E, sebetulnya yang benar-benar ia cintai,  aku atau temanku. Jawabannya tepat sama seperti apa yang telah aku pikirkan sebelumnya. Bila mereka tetap menjalin hubungan, aku disini merasakan sakit, dan sahabatkupun kasihan, karena E tidak mencintainya dan akan segera memutuskan dia. Teman-temanku yang lain terlihat bingung, karena posisi mereka adalah temanku juga teman dia. Salah satu temanku yang lain bicara padaku, mungkin berniat memberi solusi. Perkataannya yaitu, aku harus merelakan E dengan temanku, aku harus mengalah. Sungguh solusi itu sangat tidak aku terima. Aku bingung mengapa saat itu mereka seperti lebih memihak pada teman yang merebut pasanganku itu.
                Tapi pendirianku kuat, aku tak mau goyah hanya karena sebuah kalimat peribahasa. Mungkin aku akan merelakan bila mereka saling mencintai. Tapi ini tidak, hanya temanku yang mencintai E, dan aku tidak mau pula membuat temanku merasakan sakit. Ketegangan menghampiri aku dan temanku, seperti musuh yang saling mempertahankan keteguhan. Banyak ocehan yang menusuk telingaku, katanya mengapa aku harus memperebutkan pria, seperti tak ada harga dirinya. Bagiku ocehan-ocehan itu hanya menjadi ucapan yang masuk telinga kanan dan masuk telinga kiri. Aku kuatkan diri sendiri, aku berpikir semakin logis, semakin yakin dan semakin banyak pertimbangan. Mungkin banyakorang beranggapan lebih memilih sahabat dibanding cinta karena mereka berpikir hanya dalam jangka waktu yang singkat, tapi aku teguh pada pendirianku bahwa aku harus memilih ke-2nya, sahabat dan cinta. Aku tak mau menyesal dikemudian hari hanya karena keputusan yang akan aku ambil saat ini. Butuh waktu yang cukup lama memang untuk mempertimbangkan bagaimana keputusan yang akan di ambil. Aku mempertimbangkan akankah bila aku memilih sahabat, dan sahabatku itu akan bahagia dengan E, aku pertimbangkan pula bila aku memilih E, apakah persahabatan aku dengan temanku akan berakhir. Tapi Bismillah, aku tetap keukeuh untuk memilih ke-2nya.
                Entah bagaimana bisa semuanya berjalan dengan cepat, tak ada kendala, hubungan aku dengan E baik kembali seperti semula, dan aku bisa lebih menghargai perasaan E yang tidak senang digantung. Hubungan aku dengan sahabatkupun tetap baik kembali meski awalnya penuh dengan rasa canggung dan tidak enak. Karena temanku itupun cewek yang mudah berpaling dia juga kini memiliki pacar baru, dia nampaknya telah 100% melupakan kejadian itu dan melupakan E mungkin. Entahlah, aku sangat tau bagaimana karakter sahabatku.
                Ternyata, aku bisa dapat ke-2nya tanpa harus merasakan penderiataan. Dari kejadian ini banyak hikmah yang aku dapat, aku semakin yakin pada pendirianku, semakin hati-hati dalam mengambil keputusan, dan lebih teliti dalam mempertimbangkan segala sesuatu, juga aku lebih bisa mengerti tentang arti kata ikhlas dan kata maaf juga memaafkan. Tak bisa dibayangkan bila saat itu aku hanya memilih cinta atau sahabat, mungkin semuanya tidak akan berjalan seperti biasa lagi seperti ini. Terima kasih Tuhan, Allah SWT, yang selalu tetap hadir dalam tiap kesulitan hamba-nya.

Created by : Yusnita Nusrat

0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates