Dikhianati pasangan dan sahabat?!
No problem, J
CINTA, sebetulnya bukan sebuah kata yang menduduki prioritas utama bagi
anak SMA, tapi cinta pada masa SMA cukup menjadi bumbu yang khas dalam
kehidupan kita, menjadi kenangan yang luar biasa tak terlupakan dalam album
cerita kita. Banyak nilai yang dapat kita jadikan hikmah meski kita kadang tak
menyadarinya.
Ini adalah kisah real
mengenai cinta saya sewaktu SMA, mudah-mudahan dapat menghibur para pembaca
sekalian, dan pembaca dapat menikmati kisah hidup saya ini.
Dari
masa SMP hingga sekarang, aku mempunyai kerabat dekat yang berjumlah 7 orang.
Hingga saat ini kami berdelapan masih saling berkomunikasi, makan bersama, saat
ada waktu kosong pun kadang kala kami masih sempat bermain bersama layaknya
SMP. Aku mulai dengan memperkenalkan mereka satu per satu.
Asri kusuma, itu nama lengkapnya, temanku yang paling putih
bak orang barat, berasal dari jawa, dan dia kurang begitu peduli mengenai
cinta, tapi kini dia telah memiliki pasangan di sekolah barunya, namanya Iqbal.
Yang ke-2, Nelinda Fizrianti. Dia salah satu teman yang
paling dekat denganku. Memiliki tinggi yang cukup ideal untuk menjadi seorang
model, dan kini dia sepertinya merasa yakin dengan identitasnya sebagai
paskibraka di sekolahnya. Tapi kelemahannya, nampaknya dia sangat amat belum
terpikir mengenai seorang pria dalam kehidupannya, dia lebih parah dari asri
mengenai masalah cinta. Dia sepertinya teman yang paling sholehah di antara
kami berdelapan.
Lanjut pada kerabatku yang ke-3, Siti Azizah. Uhmmm.. dari
namanya telah terbaca bagaimana dia secara sepintas. Ya, dia adalah temanku
yang paling amat sangat sholeh, tapi masalah cinta dia telah paham dan
mengalaminya. Dia kini sekolah plus pesantren di Bogor, dia sama seperti aku,
beda dari teman yang lain, karena 6 temanku yang lain kini satu sekolah juga.
Dan ini yang ke-4,
dia adalah Shasia Yuniar Rahma. Dia
adalah wanita setipe denganku masalah cinta, kami dekat sekali bahkan tak aneh
lagi bila kami saling curhat menggalau ria bersama dia. Tapi dia lebih lincah
dari pada aku mengenai masalah menggaet pacar baru.
Maulida Nur Zahra, ini kerabatku yang ke-5. Waaaah, dia jauh
lebih jago dari Shasia masalah cinta. Pengalaman cintanya mungkin sudah layak
untuk dibukukan. Bicara sedikit mengenai karakternya, dia bisa menjadi pendiam
secara tiba-tiba, tapi dia juga bisa menjadi paling jagoan secara tiba-tiba.
Pertama aku dekat dengan teman yang lain, aku lebih dulu dekat dengannya.
Absen ke-6, Irmayani. Nama yang cukup simple sama seperti
orangnya. Dia adalah temanku yang paling pemberani. Berani membuka kerudung,
berani berkata kasar, berani tampil gaya, dan segala berani, uppps, bukan
bermaksud membicarakan kejelekannya ya, tapi ini memang yang paling menonjol
mengenai bagaimana dia di antara kami berdelapan. Karena dia, kami berdelapan
merasa lengkap, karena asam manis pahit ada semua dari kita berdelapan.
1, 2, 3, 4, 5, 6.... tujuuuuh, ini dia yang terakhir,
Yasinta Apriliyani. Nyi haji, itulah panggilan kami untuknya, dia sangat halus,
tingkahnya unik, dan terkadang mahiwal. Dia adalah pembaca cerita dan pendakwah
terbaik bagi kami sepanjang masa, heheh J
Nah,
setelah aku menceritakan mengenai teman-temanku yang biasa kita berdelapan
disebut HACHI, kini mari mulai ke inti. Check this out!
E,, dia
bisa disebut pacar bagiku, teman dekat atau apalah mungkin terserah orang
bagaimana memanggilnya. Aku dengan dia dekat telah cukup lama, sejak kami
menduduki kelas 8 SMP hingga sekarang. Perjalanan cerita kami tidah berjalan
mulus, ada tikungan-tikungan dan belokan yang melengkapi kisah cinta kami
berdua. Kisah cerita kami berjalan lancar, tak ada badai yang cukup berarti
menghadang kami sampai kami masih satu sekolah. Akan tetapi, saat beranjak SMA
badai ternyata begitu nampak menghampiri.
Dia
bersekolah di SMA yang kebetulan 6 temanku juga bersekolah disana. Dan yang
lebih kebetulan lagi, dia ternyata satu kelas dengan salah satu teman dekatku
tadi, tak usah di paparkan siapa namanya. Entah bagaimana cerita lengkap saat
itu antara mereka, yang jelas saat itu, aku memutuskan hubungan dengan E, dan
kami hanya berstatus HTS, boleh dikatakan dia di gantung olehku. Tak banyak
pikiran negatif yang menghantui otakku, karena aku begitu yakin, teman dekatku
yang sekelas dengannya pasti bisa menjadi penengah antara aku dengan E yang terpisahkan oleh jarak ini.
Tapi
hal yang sangat tak terduga datang. Telah terjadi cinta lokasi antara mereka
yang didukung pula oleh teman-teman kelas mereka. Sungguh sakit perasaanku saat
itu, karena selama kurang lebih satu bulan, aku dengan teman dekatku itu saling
berkomunikasi, aku bercakap-cakap dengannya, bagaimana solusi yang tepat untuk
menyelesaikan masalahku dengan E. Saat itu dia pura-pura memberi solusi
untukku, tapi ternyata pada hari itu dia memberi pesan singkat untukku yang
tidak lain memberitahukan bahwa dia telah menjalin hubungan dengan E. Aku
terdiam tanpa sepatah kata pun yang aku lontarkan. Aku shock, marah, kesal,
sedih, sakit, segala macam perasaan ada padaku saat itu. Gelisah, bingung, itu
perasaan yang sangat menonjol selama kurang lebih 2 hari 2 malam. Pertama kali
merasakan sakit karena di khianati oleh sahabat dan pasangan. Tapi entah
mengapa aku begitu yakin bahwa E tidak bersalah, aku sangat yakin bahwa E hanya
terbawa nafsu amarahnya, yang pada saat emosi siapapun tidak bisa berpikir
jernih, karena aku dan E sebelumnya telah sempat bertengkar, mungkin dia tak
terima aku menggangtungnya dalam waktu yang lama, aku menyadari, itu merupakan
kesalahanku juga. Sore harinya, E bicara padaku, dia sungguh menyesal dan diapun
tak menyadari mengapa ini bisa terjadi. Mungkin bagi sebagian orang beranggapan
bahwa lebih baik merelakan orang yang kita cintai dan lebih baik kita memilih
sahabat kita. Akupun tau, temanku sangat mencintai E, sampai-sampai dia
berbicara kasar padaku saking ingin mempertahankan hubungannya dengan E. Kata
galau sungguh aku rasakan hari itu, seperti ingin meledak dari kepalaku. Tapi
aku berusaha berpikir jernih, memikirkan bagaimana akibat dari keputusan nanti
yang akan aku putuskan pada mereka.
Ternyata
keputusan yang aku ambil yaitu bertanya kepada E, sebetulnya yang benar-benar
ia cintai, aku atau temanku. Jawabannya
tepat sama seperti apa yang telah aku pikirkan sebelumnya. Bila mereka tetap
menjalin hubungan, aku disini merasakan sakit, dan sahabatkupun kasihan, karena
E tidak mencintainya dan akan segera memutuskan dia. Teman-temanku yang lain
terlihat bingung, karena posisi mereka adalah temanku juga teman dia. Salah satu
temanku yang lain bicara padaku, mungkin berniat memberi solusi. Perkataannya
yaitu, aku harus merelakan E dengan temanku, aku harus mengalah. Sungguh solusi
itu sangat tidak aku terima. Aku bingung mengapa saat itu mereka seperti lebih
memihak pada teman yang merebut pasanganku itu.
Tapi
pendirianku kuat, aku tak mau goyah hanya karena sebuah kalimat peribahasa.
Mungkin aku akan merelakan bila mereka saling mencintai. Tapi ini tidak, hanya
temanku yang mencintai E, dan aku tidak mau pula membuat temanku merasakan
sakit. Ketegangan menghampiri aku dan temanku, seperti musuh yang saling
mempertahankan keteguhan. Banyak ocehan yang menusuk telingaku, katanya mengapa
aku harus memperebutkan pria, seperti tak ada harga dirinya. Bagiku
ocehan-ocehan itu hanya menjadi ucapan yang masuk telinga kanan dan masuk
telinga kiri. Aku kuatkan diri sendiri, aku berpikir semakin logis, semakin
yakin dan semakin banyak pertimbangan. Mungkin banyakorang beranggapan lebih
memilih sahabat dibanding cinta karena mereka berpikir hanya dalam jangka waktu
yang singkat, tapi aku teguh pada pendirianku bahwa aku harus memilih ke-2nya,
sahabat dan cinta. Aku tak mau menyesal dikemudian hari hanya karena keputusan
yang akan aku ambil saat ini. Butuh waktu yang cukup lama memang untuk
mempertimbangkan bagaimana keputusan yang akan di ambil. Aku mempertimbangkan
akankah bila aku memilih sahabat, dan sahabatku itu akan bahagia dengan E, aku
pertimbangkan pula bila aku memilih E, apakah persahabatan aku dengan temanku
akan berakhir. Tapi Bismillah, aku tetap keukeuh untuk memilih ke-2nya.
Entah
bagaimana bisa semuanya berjalan dengan cepat, tak ada kendala, hubungan aku
dengan E baik kembali seperti semula, dan aku bisa lebih menghargai perasaan E
yang tidak senang digantung. Hubungan aku dengan sahabatkupun tetap baik
kembali meski awalnya penuh dengan rasa canggung dan tidak enak. Karena temanku
itupun cewek yang mudah berpaling dia juga kini memiliki pacar baru, dia
nampaknya telah 100% melupakan kejadian itu dan melupakan E mungkin. Entahlah,
aku sangat tau bagaimana karakter sahabatku.
Ternyata,
aku bisa dapat ke-2nya tanpa harus merasakan penderiataan. Dari kejadian ini
banyak hikmah yang aku dapat, aku semakin yakin pada pendirianku, semakin
hati-hati dalam mengambil keputusan, dan lebih teliti dalam mempertimbangkan
segala sesuatu, juga aku lebih bisa mengerti tentang arti kata ikhlas dan kata
maaf juga memaafkan. Tak bisa dibayangkan bila saat itu aku hanya memilih cinta
atau sahabat, mungkin semuanya tidak akan berjalan seperti biasa lagi seperti
ini. Terima kasih Tuhan, Allah SWT, yang selalu tetap hadir dalam tiap
kesulitan hamba-nya.

0 komentar:
Posting Komentar