Selasa, 11 September 2012

GALAU.(puisi.1)

Aku yang tak kau pahami....
Karya : Yusnita Nusrat
Batin ini terluka,
merasakan naungan ombak yang akan menghadangku
Hati ini menangis,
membisu bagai air yang kehilangan arusnya
Tak kau pahami aku....
Yang selalu menjerit sakit saat ada bunga lain yang kau hisap
Kau kibaskan sayap hitammu kepada limpahan butir kembang yang datang menjulang menunjukan pesonanya
Tanpa kau ingat aku...
Sebuah kembang yang sendiri
Kehilangan daunnya yang semakin mengering layu
Haus oleh cinta yang biasa memelukku
Tak kau pahami aku..........
Yang selalu menahan kuncup agar tak mekar

Kulakukan demi siapa?
Tentu untuk engkau sang lebah yang kini terbang meninggalkanku
Kini kau hilang dari sarangmu saat aku telah temukan harum cinta dari hatiku
Ternyata kau kini telah temani sebuah kembang yang merah
Meronakan setiap senyuman kepadamu
Mungkin dialah yang mengindahkan matamu memberi warna setiap helai kertas yang terkotori sebuah tinta dusta
Tak seperti aku......
Yang hanya bisa mengindahkan matamu saat kau sadari
Kau jatuh ke kumparan lumpur hitam yang mengotori tubuhmu
Tak kau pahami aku....
Yang hanya sebuah kembang kecil
Mudah layu, berserakan
Aku terbanting oleh tiupan angin yang membenciku
Mungkin aku tak bisa sepertinya, kokoh, berwarna, dan harum dalam dekapanmu
Tapi inilah aku.. Melati putih...
Dan dia, Mawar merah

Ku tersenyum dalam selimut kesedihan...
Karya : Yusnita Nusrat
Dia mengenaliku.. Engkau mengenalinya..
Pertemuan indah yang menyisakan pahit dalam getaran langkah kakiku
Tatapan hina yang membutakan mataku pada kebahagiaan
Ucapan nista yang melilit tiap rangkaian kata yang selalu terumbar oleh bibir gombalmu
Tak pernah bisa kuperlihatkan amarah kesal ini
Entah mengapa.... Mungkin aku terlalu mencintaimu, mencintai janjimu, mencintai senyumanmu
Hingga aku tak bisa ungkapkan hati yang tersayat ini
Hingga hanya senyuman kesedihan yang bisa aku tunjukan pada patung-patung yang tak mengerti kepedihan hati yang telah tersenyum ini
Kini hatiku menangis...
menyeru padaku untuk tinggalkan racun yang meracuni janji manis
yang dulu hadir dalam harmoni hidupku dan dirinya.....
tak usah patung itu menghiburku
aku telah tertawa aku tertawa dalam tubuh lemasku
aku tertawa dalam desak otakku
mengapa.... mengapa kau kini hina?
Kini kau tak lain seperti penjahat yang selalu mencari mangsa
dan tak peduli akan aku yang telah tersenyum
Datanglah... Dan temui hatiku...
Kau lihat bukan? Aku tersenyum
Tersenyum dengan iringan tumpahan darah yang menenggelamkan ceriaku
Pilu hati membekukan hatiku
Merasuk hingga keras amarah benci ini....
Ku berjalan semakin jauh
Terbawa awan gelisah
Menjauh aku dari kebahagiaan
Dan dekat aku dengan kebencian

Dia.........
Karya ; Yusnita Nusrat
Datang saat aku masih terlelap
Pulang ketika aku telah tertidur lelap
Itulah dia yang setia menemaniku
Saat ku dilanda kesedihan
Dan saatku tertawa bersama kegembiraan
Dia memeluku hangat
Memberi ketenangan Saat hujan mengiringi kepiluanku
Dia datang membawakan sejuta harapan
Untuk kembali menggapai mimpi
Dan dia memberiku semangat
Untuk kembali merangkai rajutan tali cinta
Yang telah kita rajut dari awal kita mengenalinya


0 komentar:

Posting Komentar

Template by:

Free Blog Templates