Aku yang tak kau pahami....
Karya : Yusnita Nusrat
Batin ini terluka,
merasakan naungan ombak yang akan menghadangku
Hati ini menangis,
membisu bagai air yang kehilangan arusnya
Tak kau pahami aku....
Yang selalu menjerit sakit saat
ada bunga lain yang kau hisap
Kau kibaskan sayap hitammu kepada
limpahan butir kembang yang datang menjulang menunjukan pesonanya
Tanpa kau ingat aku...
Sebuah kembang yang sendiri
Kehilangan daunnya yang semakin mengering layu
Haus oleh cinta yang biasa memelukku
Tak kau pahami aku..........
Yang selalu menahan kuncup agar tak mekar
Kulakukan demi siapa?
Tentu untuk engkau sang lebah
yang kini terbang meninggalkanku
Kini kau hilang dari sarangmu
saat aku telah temukan harum cinta dari hatiku
Ternyata kau kini telah temani
sebuah kembang yang merah
Meronakan setiap senyuman
kepadamu
Mungkin dialah yang mengindahkan
matamu memberi warna setiap helai kertas yang terkotori sebuah tinta dusta
Tak seperti aku......
Yang hanya bisa mengindahkan
matamu saat kau sadari
Kau jatuh ke kumparan lumpur
hitam yang mengotori tubuhmu
Tak kau pahami aku....
Yang hanya sebuah kembang kecil
Mudah layu, berserakan
Aku terbanting oleh tiupan angin
yang membenciku
Mungkin aku tak bisa sepertinya,
kokoh, berwarna, dan harum dalam dekapanmu
Tapi inilah aku.. Melati
putih...
Dan dia, Mawar merah
Ku tersenyum dalam selimut kesedihan...
Karya : Yusnita Nusrat
Dia mengenaliku.. Engkau mengenalinya..
Pertemuan indah yang menyisakan
pahit dalam getaran langkah kakiku
Tatapan hina yang membutakan
mataku pada kebahagiaan
Ucapan nista yang melilit tiap
rangkaian kata yang selalu terumbar oleh bibir gombalmu
Tak pernah bisa kuperlihatkan
amarah kesal ini
Entah mengapa.... Mungkin
aku terlalu mencintaimu, mencintai janjimu, mencintai senyumanmu
Hingga aku tak bisa ungkapkan
hati yang tersayat ini
Hingga hanya senyuman kesedihan
yang bisa aku tunjukan pada patung-patung yang tak mengerti kepedihan hati yang
telah tersenyum ini
Kini hatiku menangis...
menyeru padaku untuk tinggalkan
racun yang meracuni janji manis
yang dulu hadir dalam harmoni
hidupku dan dirinya.....
tak usah patung itu menghiburku
aku telah tertawa aku tertawa
dalam tubuh lemasku
aku tertawa dalam desak otakku
mengapa.... mengapa kau
kini hina?
Kini kau tak lain seperti penjahat yang selalu mencari mangsa
dan tak peduli akan aku yang telah tersenyum
Datanglah... Dan temui hatiku...
Kau lihat bukan? Aku tersenyum
Tersenyum dengan iringan tumpahan darah yang menenggelamkan ceriaku
Pilu hati membekukan hatiku
Merasuk hingga keras amarah benci ini....
Ku berjalan semakin jauh
Terbawa awan gelisah
Menjauh aku dari kebahagiaan
Dan dekat aku dengan kebencian
Dia.........
Karya ; Yusnita Nusrat
Datang saat aku masih terlelap
Pulang ketika aku telah tertidur
lelap
Itulah dia yang setia menemaniku
Saat ku dilanda kesedihan
Dan saatku tertawa bersama
kegembiraan
Dia memeluku hangat
Memberi ketenangan Saat hujan
mengiringi kepiluanku
Dia datang membawakan sejuta
harapan
Untuk kembali menggapai mimpi
Dan dia memberiku semangat
Untuk kembali merangkai rajutan
tali cinta
Yang telah kita rajut dari awal
kita mengenalinya
0 komentar:
Posting Komentar